• 22 January 2025
  • Irma TASQ
  • 0

CAHAYA DI SEPERTIGA MALAM TERAKHIR: KISAH RABI’AH AL-ADAWIYAH DAN ISTIMEWANYA SHALAT TAHAJUD

📝 … “Di surga, ada kamar-kamar yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam, dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menyediakan kamar itu bagi orang-orang yang memberi makan orang miskin, baik perkataannya, berpuasa secara rutin, dan shalat malam ketika orang lain tidur.” (HR At-Tirmidzi)

Maka, di keheningan malam, saat dunia terlelap, ada panggilan Ilahi yang menanti. Bagi mereka yang bangun dan bersujud, Allah membuka pintu-pintu keberkahan.

Kisah Rabi’ah Al-Adawiyah berikut ini adalah bukti nyata bagaimana shalat malam bisa menjadi cahaya yang menerangi jiwa dan kehidupan.

💧 TERLUPUT TAHAJUD KARENA SAKIT

Rabi’ah Al-Adawiyah adalah sosok yang dikenal akan kecintaan luar biasanya kepada Allah. Ia mengabdikan hidupnya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Namun, layaknya manusia biasa, ia pun pernah merasakan kelemahan fisik yang membuatnya tidak bisa melaksanakan rutinitas ibadah malamnya.

Suatu ketika, Rabi’ah jatuh sakit. Kondisi tubuhnya melemah sehingga ia tidak mampu melaksanakan shalat Tahajud seperti biasanya.

Meski demikian, kecintaannya kepada Allah tidak padam. Ia mengganti waktu malamnya dengan membaca Al-Quran di siang hari. Dalam kondisi lemah itu, ia terbiasa membaca satu hingga dua juz setiap harinya.

Saat kesehatannya mulai pulih, Rabi’ah merasa nyaman dengan kebiasaan membaca Al-Quran di siang hari. Ia pun mulai mengurangi shalat malamnya.

Hal ini berlangsung hingga suatu malam Allah memberinya mimpi yang begitu nyata dan menggetarkan hatinya.

💧 MIMPI YANG MENGGETARKAN JIWA

Dalam mimpi itu, Rabi’ah mendapati dirinya berada di sebuah taman yang sangat indah. Taman itu dipenuhi pepohonan hijau, bunga-bunga yang bermekaran, dan istana megah yang memancarkan keindahan luar biasa.

Saat ia berjalan-jalan menikmati keindahan taman, matanya tertuju pada seekor burung hijau yang sangat memikat. Burung itu sedang dikejar oleh seorang gadis muda yang terlihat berusaha menangkapnya.

Keindahan burung itu membuat Rabi’ah lupa akan keindahan taman di sekitarnya. Ia pun berkata kepada gadis itu, “Biarkan burung itu. Apa yang engkau inginkan darinya? Demi Allah, aku belum pernah melihat seekor burung seindah ini.”

Namun, gadis itu menjawab dengan lembut, “Maukah engkau aku tunjukkan sesuatu yang jauh lebih indah daripada burung ini?”

Rabi’ah setuju! Gadis itu pun menggandeng tangannya dan membawanya berjalan melintasi taman hingga tiba di depan sebuah gerbang besar yang megah.

Setelah meminta gerbang itu dibuka, gadis tersebut membawa Rabi’ah masuk ke sebuah tempat yang lebih menakjubkan.

💧 TAK LAGI DIDUPAI PARA PELAYAN SURGA

Di dalamnya, Rabi’ah melihat istana yang dipenuhi cahaya yang terang benderang, hingga menyilaukan pandangan. Ia juga melihat para pelayan yang membawa dupa harum.

Keindahan dan suasana agung tempat itu membuat Rabi’ah merasa terpesona.

Lalu ia bertanya kepada para pelayan, “Kalian hendak ke mana membawa dupa itu?”

Para pelayan menjawab, “Kami hendak mendupai Si Fulan yang terbunuh sebagai syahid di laut.”

Namun, salah seorang pelayan tiba-tiba berkata, “Dulu, perempuan ini sebenarnya memiliki jatah untuk didupai seperti itu, tetapi ia telah melepaskannya.”

Mendengar hal tersebut, gadis yang menggandeng tangan Rabi’ah melepaskan genggamannya. Ia menghadap Rabi’ah dan berkata dengan tegas:

“Shalat malammu adalah cahaya di saat orang-orang tidur. Tidurmu adalah penghalang yang kokoh bagi shalat malammu. Umurmu adalah keuntungan dan kesempatan, jika kau mengerti. Umurmu akan terus berjalan pergi, musnah, dan lenyap.”

Kata-kata itu menggema di hati Rabi’ah hingga ia terbangun dari tidurnya.

Mimpi itu bukan hanya membangkitkan kesadarannya, tetapi juga menjadi peringatan akan pentingnya keutamaan shalat malam. Ia menyadari bahwa Tahajud adalah hadiah besar dari Allah yang tidak boleh disia-siakan dan disepelekan.

📝 … Disarikan dari ‘Uyun Al-Hikayah Min Qashshash Ash-Shalihin (Terjemah: 500 Kisah Orang Saleh Penuh Hikmah) karya Al-Imam Ibnul Jauzi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *